Selasa, 10 April 2012

CONTOH DESAIN KAOS


Berikut ini ada sedikit contoh desain kaos hasil olahan dari corelDRAW X3, lumayan buat inspirasi pemirsa sekalian, desain minimalis namun syarat dengan kata “wah” hehee..
Kaos gambar lambang Android:
Kaos Couple Android
Kaos Komunikasi


Semoga dapat menjadi inspirasi.





Rabu, 14 Maret 2012

Chanel, Saluran Dalam Komunikasi Internasional


Hasil Diskusi Komponen  Komunikasi Internasional
 Tentang Chanel atau Saluran
Pengertian Chanel:
- Media yang menyalurkan pesan dari komunikator ke komunikan.
- Media yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses komunikasi

Chanel Dalam Komunikasi Internasional
- Chanel dalam komunikasi internasional merupakan media yang berfungsi  mengirimkan pesan dengan cakupan wilayah yang luas antara komunikator dengan komunikan (bertaraf internasional).
Komponen atau contoh chanel komunikasi internasional, meliputi :
1.    Media Massa internasional
2.    Conferences (konferensi)
3.    Netmeeting Senior
4.    Forum-forum internasional
Contoh Aplikasi Chanel dalam Komunikasi Internasional
1.   1.  Lewat media massa internasional kita bisa berinteraksi dengan dunia luar, semisal saat 
         menyaksikan acara ‘hallo VOA’, National Geographic Chanel secara tidak langsung kita
         berinteraksi dengan dunia luar untuk berbagi informasi.
2.    2. Media confrences terjadi saat para delegasi setiap negara bertemu dan melakukan pembicaraan mengenai permasalahan dunia kemudian diambil keputusan bersama, hasil kesepakatan dapat berupa piagam, protokol atau perjanjian, contohnya pada KTT ASEAN, Konferensi Asia Afrika, Konferensi yang diadakan oleh badan-badan PBB, dll.
3.    3. Netmeeting Senior merupakan pertemuan delegasi negara yang dilakukan oleh delegasi
   negara di negara  masing-masing, contohnya pertemuan antara anggota organisasi tingkat
         internasional yang sering dilakukan di netmeeting.
4.   4. Forum-forum internasional mencakup forum formal dan informal, contoh forum formal adalah
   pertemuan anggota-anggota FIFA, anggota-anggota OPEC, OKI, dan contoh forum nonformal
   adalah 9gag.com, backpacker community, dll.

Sabtu, 10 Maret 2012

Komunikasi Organisasi


Definisi Merupakan pertukaran informasi diantara orang-orang di dalam organisasi
Karakteristik Yaitu prinsip-prinsip pengaturan dimana orang diberika urutan di atas atau di bawah yang lain
          Fungsi Komunikasi dalam Organisasi: Pengendalian
Dalam organisasi memiliki wewenang dan garis panduan formal yang harus di patuhi bawahannya.
         Memperkuat Motivasi
Dengan komunikasi seorang atasan dapat menjelaskan ke para karyawan apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dapat dikerjakan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
         Pengungkapan Emosi
Komunikasi dalam organisasi menciptakan kelompok kerja yang menjadi salah satu sumber interaksi sosial yang dapat menimbulkan terciptanya rasa puas maupun kecewa dalam bekerja.

         Informasi
Sebuah komunikasi dapat memberikan informasi yang diperlukan individu maupun kelompok  untuk mengambil keputusan
By: Rika Lusri Virga, S.Ip., MA

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL


Definisi:  Komunikasi intrapersonal merupakan proses melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian yang diikuti terjadinya proses neuro-fisiologis yang melandasi terbentuknya tanggapan, motivasi, dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor lingkungan kita.
Karakteristik Alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.

Persepsi Pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi & menafsirkan pesan.
Memori Sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta.
Berpikir Manipulasi / organisasi unsur - unsur lingkungan dengan menggunakan lambang - lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.  

Pengertian Model Komunikasi


« Representasi suatu fenomena komunikasi, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur -unsur terpenting dari fenomena tersebut  »
«  Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi  »

Fungsi Model Komunikasi
«  Melukiskan proses komunikasi  »
«  Menunjukkan hubungan visual  »
«  Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi »
Model S – R
Model Stimulus – Respon adalah model komunikasi paling dasar.
Dalam model ini menggambarkan sebuah aksi dan reaksi
Model Aristoteles
Lebih dikenal dengan model retoris
Dalam model ini mengungkapkan tiga unsur komunikasi yaitu Pembicara, Pesan dan Pendengar
Model Shannon dan Weaver
Model ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya.
Model Newcomb
Komunikasi merupakan suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang-orang untuk mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka.

KOMUNIKASI POLITIK


Is concerned with the way in which the political world to shape by the communication environment.
            ( Bersangkutan dengan cara dimana terbentuk sebuah dunia politik yang menggunakan lingkungan komunikasi )
BY: Meadow (Politics as Communication, 1980:4
Karakteristik
R
efer to any exchange of symbols or messages that to a significant extend have been shaped by, or have consequences for the functioning of political system.

(Mengacu pada setiap pertukaran simbol atau pesan untuk memperpanjang signifikansi yang telah dibentuk, atau memiliki konsekuensi terhadap sistem politik...)

BY: Meadow (Politics as Communication, 1980:4)
By: Rika Lusri Virga, S.Ip., MA

PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

Perkembangan Ilmu Komunikasi di Eropa
  Suratkabar sebagai studi ilmiah mulai menarik perhatian pada tahun 1884. studi tentang pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (swiss, dan delapan tahun kemudian (1892) muncul juga di Universitas Leipzig di Jerman.Kehadiran pengetahuan persuratkabaran ini semakin menarik perhatian ilmuwan. Sepuluh tahuan kemudian pakar sosiologi mengkaji sifat pendapat umum dalam masyarakatmassa. Dalam hubungan antara pers dan pendapat umum itulah kemudian yangmenaikkan gengsi suratkabar menjadi ilmu dengan nama Zaitungswissenschaft (ilmu suratkabar) pada tahun 1925.
Tokoh yang turut berperan dalam perkembangan komunikasi saat itu yaitu Pakar sosiologi, Max Weber. Ia yang pertama kali mengusulkan agar sosiologi pers dimasukkan sebagai proyek pengkajian sosiologi di samping sosiologi organisasi.
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Amerika
Ilmu komunikasi berkembang di Amerika Serikat melalui jurnalistik. Sebagai sesutau keterampilan mengenai suratkabar, jurnalistik, sudah mulai dikenal sejak tahun 1970.Namun pertama kali diajarkan sebagai sebuah ilmu pengetahuan pada tahun 1870 di Washington College. Keilmuan Jurnalistik baru diakui setelah Jurnalistik  menjadi sebuah minor program Ilmu Sosial di Universitas Wisconsin tahun 1930-an.
Tokoh-tokoh utama dalam periode ini antara lain Harold D. Laswell, Carl I. Hovland, PaulLazarsfeld dan Ithiel de Sola Pool.
Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia
Ilmu komunikasi berkembang di tanah air dimulai dengan nama Publisistik, dengan dibukanya jurusan Publisistik di Fakultas Sosial dan Politik di Universitas gajah mada pada tahun 1950. Juga di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Universitas Indonesia pada tahun 1959. Demikian juga pada tahun 1960 di Universitas Pajajaran Bandung dibuka Fakultas Jurnalistik dan Publisistik. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 tahun 1982 menyeragamkan nama disiplin ilmu ini menjadi ilmu komunikasi.
Tokoh-tokoh yang berjasa mengembangkan Ilmu Komunikasi di Indonesia antara lain: Drs. Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo
Ilmu Komunikasi sebagai Ilmu Multidisipliner
Sebelum berdiri sendiri sebagai suatu disiplin dalam kelompok sosial, maka sesuai
latar belakang sejarahnya, embrio ilmu komunikasi dipelajari sebagai bagian dari
sosiologi di Jerman dan tercakup dalam departemen bahasa Inggris di Amerika.
Dasar-dasarnya sebagai kajian ilmiah dan metodologinya
berasal dari berbagai disiplin ilmu.
Sejak awal hingga kini, memang banyak ilmuwan dari berbagai disiplin telah
memberikan sumbangan kepada ilmu komunikasi. Antara lain Harold D. Lasswell
(ilmu Politik), Max Weber, Daniel Lehner, Everet M. Rogers (Sosiologi), Carl I.
Hovland, Paul Lazarsfeld (Psikologi), Wilburn Schramm (Bahasa), Shannon dan
Weaver (Matematika dan Teknik). Keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam
membesarkan ilmu komunikasi ini dimaknai oleh Fisher (1986) bahwa ilmu
komunikasi mencakup semua dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan
berbagai bidang).
Communication is ……
Proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan mengintepretasikan makna dalam lingkungan mereka. (West&Turner, 2008:5)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Definisi “ Komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang atau lebih “
   ( West & Turner, 2008: 36 )
Karakteristik Cenderung pada sebuah interaksi dimana tercipta relasi antara dua orang atau lebih.
Contoh
Interaksi Dokter – Pasien
Interaksi Guru – Murid
Interaksi Orang Tua - Anak
Efektivitas
*      Keterbukaan (Openness)
*      Empati (Empathy)
*      Sikap Mendukung (Supportiveness)
*      Sikap Positif (Positiveness)
*      Kesetaraan (Equality)
Tujuan:
*      Menemukan Diri Sendiri
*      Memahami Dunia Luar
*      Membentuk dan Menjaga Hubungan
*      Berubah Sikap dan Tingkah Laku 

Plagiarisme dan Pendidikan


Salah satu isu yang cukup menarik untuk dibahas saat ini adalah plagiarisme. Sebuah masalah yang tak kunjung usai dan malah semakin menjamur tiap harinya. Bak kacang goreng kita sering menjumpai berbagai produk bajakan yang laris diserang pembeli. Entah itu DVD, pakaian, makanan hampir semua barang-barang yang beredar di sekeliling kita adalah produk tiruan. Bahkan tak heran bila nama produk bajakan lebih dikenal masyarakat luas dibanding nama aslinya.

Padahal tindakan meniru dan menjiplak secara terang-terangan merupakan sebuah pelanggaran hak cipta. Para pelopor bisa menggugat  si plagiat ke meja pengadilan dan dikenai sanksi denda. Namun, realitanya pembajakan memang sulit dihapuskan. Selain karena faktor ekonomi, faktor kesempatan adanya masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai bidikan pasar memang sulit dilepaskan.

Penyalahgunaan kesempatan ternyata tidak hanya merambah dunia ekonomi yang dilakukan oleh para pedagang nakal. Bahkan ironisnya lagi tak jarang kita mendengar isu plagiarisme telah merambah ke dunia pendidikan. Sangat disayangkan, ketika lembaga pendidikan mempunyai visi mencetak generasi kreatif, produktif dan berbudi luhur, namun di sisi lain banyak para pelaku pendidikan yang bertindak melenceng.

Sadar atau tidak kita telah sah menjadi bagian dari dunia pendidikan dan ikut-ikutan terjerumus ke dalam lembah pembajakan. Bahkan, tidak sedikit mahasiswa Indonesia, kota Jogja khususnya terlibat masalah penjiplakan. Apalagi didukung dengan adanya tingkat teknologi yang kian canggih, internet misalnya. Tak masalah, apabila kita mengambil atau mengunduh hasil ciptaan orang. Alangkah baiknya kemudahan itu kita gunakan dengan bijak melalui penghargaan terhadap penciptanya dengan menyantumkan sumber atau nama penulis. Juga dengan memanfaatkannya secara bertanggung jawab, mengunduh tetapi bukan mengakui melainkan untuk memperkaya keilmuan dalam belajar.

Sayangnya, banyak pelajar terlampau terlena dengan kemudahan ini. Mereka menjadi semakin manja dan tak mau bersusah-susah payah menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Alih-alih memanfaatkan teknologi membuat mereka malas berpikir. Padahal secara tak langsung mereka melakukan pembodohan diri. Pembodohan massal yang lambat laun mematikan kreatifitas serta ide original yang sebetulnya mereka punyai. Bukankah itu sebuah ironi yang disayangkan? Disaat dunia luar dengan gencar menghegemoni sektor-sektor penting dan budaya kita, kita malah terjun langsung dan bunuh diri dengan mengikuti permainan pasar yang menyesatkan. Ikut tenggelam dalam arus yang seolah-olah dibenarkan padahal salah. Jika sudah begitu tak heran bila masyarakat kita mudah dibodohi. Tumbuh menjadi generasi pengekor yang bangga dengan budaya lain, lebih gandrung pada pemikiran dan karya orang atau dunia luar. Mau memiliki pegangan apa lagi jika kita malas menggunakan anugerah Tuhan berupa akal pikiran yang terus-menerus disandarkan dan tidak dipergunakan?

Saking marak dan telah terbiasanya lambat laun mengikis salah satu budaya kita yakni budaya malu. Dengan bangganya kita memamerkan karya orang lain, dengan beraninya kita mengaku sebuah karya sebagai hasil pemikiran pribadi. Maka tak jarang banyak ditemukan sekeliling kita tugas-tugas akhir, skripsi bahkan naskah opini ternyata merupakan sebuah salinan dari karya orang lain. Lalu, dimanakah rasa malu dan bersalah itu? Bukankah sekecil apapun kebohongan adalah sebuah kejahatan?

Lewat kecanggihan teknologi kita sedang diuji. Rupanya, masyarakat kita masih terbilang belum siap menghadapi perubahan zaman. Belum dapat mendayagunakan teknologi secara maksimal untuk bekal sebuah pemikiran. Alangkah baiknya kita mulai berpikir dan menanyakan pada diri sendiri. Layakkah aku dikatakan sebagai bagian dari civitas akademika yang identik dengan bakat intelekual itu? Sebagai agen perubahan sosial yang siap menghadapi tuntutan zaman apapun yang terjadi? Coba pertanyakanlah pada nurani masing-masing. Sanggupkah aku berubah?

Sedikit coretan pengganjal makan siang, semoga bermanfaat^^

Iis Ernawati, Mahsiswa Komunikasi UIN SUKA 2011
Yogyakarta, 25 Februari 2012
(12:32)

Hati-hati Penyimpangan Politik Media


Pers atau media massa menjadi salah satu media tolak ukur masyarakat  dalam menilai dan menyikapi berbagai fenomena sosial di sekitar mereka, seperti kabar ‘kekuasaan’ maupun berbagai kejadian penting dan aktual lainnya. Keberadaan pers akan sangat membantu karena tanpa terjun langsung ke tempat kejadian  masyarakat dengan mudah bisa menikmati atau mengetahui berita-berita terkini.

Setelah diberlakukan sistem kebebasan media pasca orde baru maka menjamurlah media massa dalam berbagai tipe maupun saluran, baik itu media cetak, elektronik ataupun online. Terlihat mencolok banyak media massa yang membahas isu-isu politik  pemerintahan sebelum dan sesudah reformasi. Memulai babak baru dunia pers Indonesia, jargon kebebasan berpendapat pun kembali dikibarkan.

Namun, ternyata tidak hanya sampai disini perjalanan dunia pers Indonesia. Berbagai kendala dan masalah baru muncul seiring menjamurnya produk-produk media massa yang dibawahi oleh beberapa orang berpengaruh di negeri ini, selain ada beberapa yang lebih mementingkan aspek material dibandingkan keobyektifan dari sinilah istilah pers  sebagai senjata politik dimulai. Sungguh disayangkan ketika lembaga pers yang seharusnya menjadi penjernih maupun peyeimbang terlebih pemberi solusi ditunggangi oleh kepentingan pribadi. Bukan lagi menjadi penjernih melainkan alat provokasi dan pencari simpati. Padahal, sudah jelas tertera dalam kode etik jurnalistik maupun elemen-elemennya bahwa si pembuat berita tidak boleh memihak siapapun kecuali kebenaran dan loyalitas utama kepada warga negara sebagai elemen masyarakat yang paling berkepentingan.

Jika lembaga yang seharusnya menjadi salah satu alat kepercayaan warga telah dinodai dengan dominasi kepentinagn pribadi, bagaimana kelak nasib bangsa ini? Pastilah asumsi berbau sangsi akan ada, memungkinkan lagi munculnya sekelompok orang bahkan sebagian besar orang yang mengalami krisis kepercayaan terhadap media massa yang pernah dibanggakannya. Selanjutnya?


Oleh: Iis Ernawati KOMUNIKASI UIN SUKA 2011

Rabu, 07 Maret 2012

Konsumen Cinta


Saya teringat dengan  obrolan beberapa hari yang lalu  bertempat di SC. Kami sedang mengadakan  diskusi untuk membahas rencana kegiatan baru,  diskusi publik. Segala sesuatu yang menyangkut tema dikupas bahkan terkadang pembicaraan jadi melebar.  Disini, saya tidak akan berbicara terkait rencana pembentukan arah diskusi. Ada sesuatu yang menarik, selentingan seorang teman – tanpa sengaja saya mendengar ungkapan baru itu 'konsumen cinta'.

Yang menarik dan teringat di benak saya adalah dua kata itu, ditambah ada istilah baru lagi yang hangat mampir di telinga saya, yakni istilah 'kapitalisme cinta'. Wow,  pikiran saya selalu beranggapan bahwa cinta adalah sesuatu yang abstrak. Sesuatu yang tak bisa dinilai dengan uang atau lebih nyatanya tak bisa dilihat, apalagi diperdagangkan.

Ternyata, saya terlalu naïf dalam memaknai kata cinta. Sudah sebegitu jauh perjalanan dan perubahan pemaknaan kata itu sehingga saya ketinggalan. Rupanya cinta sudah sepadan dengan barang dagangan, cinta serupa ancaman baru – kapitalis yang bergerilya menghantui para pemuda yang sedang dilanda asmara.

Oke, biar lebih jelas mari kita urai satu persatu sesuatu yang berdiri dibalik istilah itu. Menjabarkan siapa aktor yang bermain di dalamnya. Kemunculan istilah 'konsumen cinta' tidak datang dengan sendirinya. Ada aksi atau fenomena yang melatar belakangi munculnya frase tersebut. Wajarnya, orang jatuh cinta terdiri atas  laki-laki dan perempuan dengan perantara yang menyatukan keduanya, rasa itu bernama cinta. Tetapi, bila ditilik sekarang cinta tak lagi berperan tunggal, dia  muncul dengan wajah-wajah baru. Wajah palsu yang mengatasnamakan cinta.

Ketika mendengar kata wanita (yang berpacaran) seringkali tataran fisik dan kekayaan adalah ukuran utama. Dan laki-laki selalu identik dengan seorang yang datang (dengan membawa sejuta tawaran), baik itu kekayaan, kendaraan maupun hadiah-hadiah yang mengejutkan. Yang satu menawarkan kemolekannya, istilah kerennya tebar pesona, dan yang satunya lagi datang dan siap menyatakan maksud untuk memiliki (baca:membeli). Mungkinkah seperti itu maksud gabungan dua kata itu saat diskusi terjadi di universitas tetangga? Karena saya cuma mendengar sempilannya saja, tidak tahu seperti apa pemaknaan mereka yang sebenarnya. Seandainya bukan, biarlah ini sekedar konspirasi kecil antara saya dan pikiran.

Saya kerap mendengar obrolan beberapa teman – laki-laki atau perempuan ketika berada di kantin maupun saat duduk-duduk santai. Mereka membicarakan lawan jenis yang disukai  seperti membicarakan barang dagangan. Si wanita menelanjangi satu persatu kekayaan semisal merek kendaraan atau ponsel, bentuk fisik dan keunggulan lain yang terlihat oleh tangkapan matanya. Dan semua 'kekaguman' yang dia lontarkan seolah telah merepresentasikan bahwa dia cinta dengan lelaki idamannya itu. Nah loh? Gampang sekali mengukur  perasaan cinta?

Tak kalah si lelaki membicarakan bentuk fisik si gadis, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lewat penilaian secara fisik tersebut  dengan mudahnya dia mengikrarkan diri cinta pada si gadis.

Saya jadi bertanya-tanya, cukupkan esensi cinta hanya berhenti sampai disitu saja? Melalui penilaian-penilaian fisik belaka. Ketika si gadis menuntut setiap keinginannya harus dipenuhi tanpa memedulikan kemampuan finansial si lelaki.
Lalu salah satu pihak harus diperhatikan setiap waktu, setiap tempat bahkan terlalu berlebihan dengan dalih 'pembuaktian cinta'. Oh, saya pikir itu terlalu menyiksa sekali.

Konsumen cinta bertebaran dimana-mana. Tak mengenal kasta dan rupa. Selanjutnya, para kapitalis cintalah yang memanfaatkan kesempatan. Memperdaya siapa yang tengah lemah dan terlena. Mereka hadir dengan berbagai pesona yang menjanjikan, menjadikan harta sebagai patokan utama. Lobi-lobi dimulai, siapa yang lebih berada dia yang memenangkan pertarungan cinta, meski ada si miskin dengan tulus mencintai, tidak berarti dimata kapitalis cinta. Makna cinta telah terkontaminasi oleh dominasi kepentingan sendiri – siapa yang menguntungkan dialah yang terpilih. Kasihan cinta, namamu serupa simbol semata.

Penulis sekedar sedikit berbagi kata.Mengusik sebentar kata cinta yang tak asing lagi di telinga. Cinta pada siapapun dan apapun jika disertai ketulusan akan menumbuhkan harmoni yang menciptakan kehidupan di dunia damai penuh kasih sayang. Biarkanlah cinta berjalan apa adanya, biarkan dia memilih tanpa diskriminasi. Dan nantinya kembali lagi pada Sang Pencipta cinta, cinta yang tersempurna diantara yang paling sempurnya, dialah cinta Sang Illahi…

Semoga bermanfaat^^
Oleh: Iis Ernawati KOMUNIKASI UIN SUKA 2011

Dimana Pemudaku Yang Dulu

Melihat pemuda dari sisi masa sekarang dan masa lampau sungguh sangat berbeda. Gaya hidup dan pemikiran yang kontras, juga sikap dan daya tahan yang semakin tergilas. Itulah potret pemuda jaman sekarang. Krisis identitas membuat mereka bingung dan terombang-ambing dari satu mode ke mode yang lain. Padahal kita punya satu bangsa yang besar dan wajib dibanggakan. Tapi kenapa satu-persatu pemuda sejati bangsa menghilang? Mereka menjadi tidak percaya diri dan lebih membanggakan produk negara lain? Gaya berpakaian, makanan, film - mereka terbawa arus globalisasi yang kemudian berubah menjadi kaum hedon yang gemar mengkonsumsi budaya pop.
Ironis. Saat pemuda yang harusnya menjadi kebanggaan keluarga dan bangsa, diidam-idamkan, malah sibuk dengan dirinya sendiri dan bersikap apatis pada keadaan sekitar. Dimanakah gelar kritis dan dinamis yang selalu disematkan disetiap dada pemuda? Mungkinkah karena terlalu nyaman pasca merdeka dan dimanjakan oleh teknologi canggih mereka menjadi lupa dengan tugas melanjutkan pembangunan?
Penulis merindukan sosok-sosok pemuda zaman sebelum merdeka. Bung karno dengan semangat pergerakannya, Hatta, Syahrir dan masih banyak lagi para penggerak yang notabene dulunya seusia dengan kita, seusia dengan pemuda sekarang. Dengan berani kaum muda mendebat kaum tua untuk menyegerakan kemerdekaan. Mereka berani mengambil keputusan dan membuktikan bahwa tindakan yang mereka ambil tepat dan akhirnya terlaksanalah proklamasi kemerdekaan. Sungguh, pemuda sangat mempesona jika mereka mau dan berkeyakinan melaksanakann perannya. Menjadi pemuda yang mandiri, gagah berani dan berarti bagi orang lain, bangsa maupun negara.
Maka dari itu, kitalah pemuda itu. Pemuda yang siap menjalani revolusi baru. Meninggalkan sikap abu-abu dan berubah menjadi penentu. Hendaklah kita memupuk rasa nasionalisme yaitu memulainya dengan mengenal diri sendiri, mencintai bangsa ini dan memahami budaya lokal.
Mencemooh budaya bangsa sendiri berarti mencoreng wajah kita masing-masing. Marilah, budayakan sikap interospeksi diri. Bukan negara yang berubah dan rusak tetapi orang-orang yang di dalamnyalah yang meracuni diri mereka sendiri atau teracuni oleh budaya lain. Nasionalisme, nasionalisme! Ciptakan sifat cinta tanah air kalian dan temukan efek positifnya. Identitas yang hilang akan segera diketemukan. Salam sumpah pemuda!
Minggu, 9 0ktober 2011

Oleh: Iis Ernawati KOMUNIKASI UIN SUKA 2011

Menulis Itu Tidak Sulit

Menulis merupakan kesenangan tersendiri bagi sebagian orang. Dengan menulis seseorang bisa dengan jelas menyampaikan aspirasi atau maksud. Pada dasarnya kemampuan menulis dimiliki oleh setiap orang ditambah kegiatan menulis merupakan rutinitas harian yang telah dipelajari semenjak seseorang mulai memasuki bangku sekolah dasar. Namun yang membedakan adalah isi atau kualitas dari tulisan itu dan cara penyampaian kepada pembaca – apakah pembaca benar-benar mampu memahami secara keseluruhan isi yang dimaksud atau tidak, hal itu merupakan tugas penulis. Penulis tidak melulu memposisikan dirinya sebagai agen tetapi kadangkala ia juga harus merasakan menjadi penikmat.
Menulis seperti mengejar sesuatu, seperti hendak mendatangi tujuan. Penulis tidak akan berhenti sebelum benar-benar selesai dan menemukan poin yang diharapkan. Bahkan terkadang masih berkelanjutan karena merasa masih ada yang mengganjal dan belum terselesaikan.
Salah satu tanda penulis hebat adalah penulis yang tidak pernah kehabisan kata-kata. Tidak bisa dipungkiri bahwa senjata utama seorang penulis adalah kata-kata yang kemudian dirangkai menjadi kalimat berkembang menjadi paragraf lalu berkembang lagi menjadi cerita atau artikel. Perkayalah bahan bacaan dan istilah-istilah baru untuk menambah kualitas dalam menulis
Sebelum memulai menulis, ciptakanlah suasana santai dan tenang, baik itu dari dalam diri penulis maupun keadaan sekitar. Usahakan jangan menulis karena menuruti mood. Buatlah mood menuruti kemauan si penulis.
Menulis erat kaitannya dengan ide. Ide tidak akan datang dengan sendirinya, kamulah yang harus peka untuk menemukan ide-ide itu. Tempat baru, peristiwa, musik, film apapun bisa membantumu menemukan inspirasi baru. Lalu kembangkanlah ide dengan tidak memperlakukannya melalui satu sudut pandang saja. Gali sesuatu atau bagian dari ide itu dari sisi yang baru dan belum pernah terpikirkan oleh orang lain. Semisal, saat orang-orang hanya memandang buku sebagai benda mati dan berguna untuk dibaca, kamu bisa membayangkan atau berimajinasi bahwa buku itu hidup dan bisa berbicara. Tokoh cerita tidak harus makhluk hidup. Dengan ide baru itu kamu bisa menciptakan keunikan tersendiri dalam cerita yang kamu buat.
Menulislah sedikit demi sedikit, rutinitas menulis juga menentukan perkembangan kemampuanmu yang perlahan akan membentuk karakter atau kekhasan dari tulisan itu.
Jadi, jangan tunda-tunda lagi. Menulislah sedari sekarang. Cintailah dunia tulis menulis seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Menulis? Kenapa tidak?

Oleh: Iis Ernawati Komunikasi UIN SUKA 2011
 
wordpress web hosting